buatlah puisi anekdot yg bisa di ubah menjadi teks anekdot! bantuin pleasee
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban delonctp02s63
Seperti PejabatSeorang siswa duduk terkantuk-kantuk
Disana, di sudut kelas
Dagu di sangga, siku bertumpu di meja
Matanya merah tubuhnya gerah
Di datangi Ibu Guru dengan wajah geram
Di nasehati masa depan justru tak memperhatikan
Ditanyailah kenapa melengos tak memperhatikan
“Ibu ingin kami Seperti Pejabat, bukan? Saya sudah seperti pejabat”
Jawabnya dengan mata sayu
Gelak tawa meledak di penjuru ruang
Guru geleng-geleng akan tingkah muridnya
Memangnya Seperti apa para pejabat?
Dulu, mereka disanjung
Namanya di junjung
Banyak rasa hormat karena dipandang hebat
Tapi sayang, itu hanya dulu
Lalu apa yang terjadi kini?
Kini mereka dipuji
Dipuji karena pintar mengelabuhi
Itu pujian atau caci maki ?
Pantatnya duduk empuk
Mendengar sidang bak cerita dongeng penghantar tidur
Terkantuk-kantuk, diatas kursi mahal uang rakyat
Beberapa pejabat memang hebat
Tapi ada pula yang bejat
Itulah para pejabat
TEKS ANKEDOT
Seperti Penjabat
Menjadi seorang pejabat memang identik dengan orang sukses yang hebat dan sangat berpengaruh. Tetapi buruknya moral para pejabat masa kini membuat banyak orang beranggapan buruk dan remeh akan posisi seorang pejabat. Seperti halnya yang terjadi pada suatu waktu di suatu kota yang mungil dan terpencil di sebuah negeri Antah Berantah ini.
Suatu pagi sebelum pelajaran dimulai di Sekolah Menengah Atas Awan, Ibu Guru Laila memberikan nasihat kepada seluruh kelas mengenai masa depan. “Kalian ini harus belajar dengan giat ya, biar nanti pas gede bisa jadi kayak pejabat, dokter, insinyur…Ya pokoknya sukses lah!”, katanya. “Amiiin.” Jawab murid-muridnya serentak.
Satu jam kemudian , Ibu Laila sedang memberi penjelasan mengenai Manusia Purba saat ia melihat Subroto, salah satu muridnya, yang tertidur lelap di mejanya. Lalu ia berjalan menghampiri meja Subroto yang berada di pojokan kelas dan menanyainya dengan nada tegas dan keras, “Broto, kenapa kamu tidur?!”. Subroto pun langsung terbangun. “Lho bukannya Ibu yang mau kami agar seperti para pejabat?” Dijawab olehnya dengan mata yang masih tersayu-sayu.
Ibu indah yang agak terkejut dengan jawaban muridnya itu hanya dapat menggelengkan kepala dan tersenyum seraya murid-murid lainnya tertawa mendengar jawaban Subroto. Ia berkata, “Broto, yang diambil sifat yang baik-baik saja ya!” dan kelas pun kembali belajar sejarah dengan suasana kondusif.