B. Indonesia

Pertanyaan

buatlah puisi anekdot yg bisa di ubah menjadi teks anekdot! bantuin pleasee

1 Jawaban

  • Seperti Pejabat

    Seorang siswa duduk terkantuk-kantuk

    Disana, di sudut kelas

    Dagu di sangga, siku bertumpu di meja

    Matanya merah tubuhnya gerah

    Di datangi Ibu Guru dengan wajah geram

    Di nasehati masa depan justru tak memperhatikan

    Ditanyailah kenapa melengos tak memperhatikan

    “Ibu ingin kami Seperti Pejabat, bukan? Saya sudah seperti pejabat”

    Jawabnya dengan mata sayu

    Gelak tawa meledak di penjuru ruang

    Guru geleng-geleng akan tingkah muridnya

    Memangnya Seperti apa para pejabat?

    Dulu, mereka disanjung

    Namanya di junjung

    Banyak rasa hormat karena dipandang hebat

    Tapi sayang, itu hanya dulu

    Lalu apa yang terjadi kini?

    Kini mereka dipuji

    Dipuji karena pintar mengelabuhi

    Itu pujian atau caci maki ?

    Pantatnya duduk empuk

    Mendengar sidang bak cerita dongeng penghantar tidur

    Terkantuk-kantuk, diatas kursi mahal uang rakyat

    Beberapa pejabat memang hebat

    Tapi ada pula yang bejat

    Itulah para pejabat

    TEKS ANKEDOT

    Seperti Penjabat


    Menjadi seorang pejabat memang identik dengan orang sukses yang hebat dan sangat berpengaruh. Tetapi buruknya moral para pejabat masa kini membuat banyak orang beranggapan buruk dan remeh akan posisi seorang pejabat. Seperti halnya yang terjadi pada suatu waktu di suatu kota yang mungil dan terpencil di sebuah negeri Antah Berantah ini.

    Suatu pagi sebelum pelajaran dimulai di Sekolah Menengah Atas Awan, Ibu Guru Laila memberikan nasihat kepada seluruh kelas mengenai masa depan. “Kalian ini harus belajar dengan giat ya, biar nanti pas gede bisa jadi kayak pejabat, dokter, insinyur…Ya pokoknya sukses lah!”, katanya. “Amiiin.” Jawab murid-muridnya serentak.

    Satu jam kemudian , Ibu Laila sedang memberi penjelasan mengenai Manusia Purba saat ia melihat Subroto, salah satu muridnya, yang tertidur lelap di mejanya. Lalu ia berjalan menghampiri meja Subroto yang berada di pojokan kelas dan menanyainya dengan nada tegas dan keras, “Broto, kenapa kamu tidur?!”. Subroto pun langsung terbangun. “Lho bukannya Ibu yang mau kami agar seperti para pejabat?” Dijawab olehnya dengan mata yang masih tersayu-sayu.

    Ibu indah yang agak terkejut dengan jawaban muridnya itu hanya dapat menggelengkan kepala dan tersenyum seraya murid-murid lainnya tertawa mendengar jawaban Subroto. Ia berkata, “Broto, yang diambil sifat yang baik-baik saja ya!” dan kelas pun kembali belajar sejarah dengan suasana kondusif.



Pertanyaan Lainnya